01. Tentang Nama Pena


"Tentang bagaimana dan mengapa aku menciptakan Belalai Semut."

Tulisan ini akan menjadi pembuka topik pertama kita dalam Bincang Bareng. Sebenarnya bukan topik yang paling penting juga, tetapi aku rasa perlu menceritakan ini. Kisah tentang bagaimana Belalai Semut tercipta. Sebab tidak sekali dua kali orang yang mendengarnya akan berkata, "Kok Belalai Semut? Bukannya belalai lebih cocok buat gajah ya?"

Oke, jadi kenapa harus Belalai Semut?

Kisah ini bermula dari beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2018. Dulu, aku nggak punya nama pena. Setiap kali menulis ya aku akan memakai namaku, username kebanggaanku, sebab ada namaku di sana. Artinya semua orang yang mengenalku akan tahu kalau itu karyaku. Karya yang aku banggakan.

Sampai pada suatu waktu, aku berada pada suatu titik di mana karya itu tidak lagi menjadi kebanggaanku. Sebab pada saat itu aku mulai melihat orang lain. Ya, orang-orang yang karyanya lebih banyak mendapatkan cinta di hati orang lain. Di sana, tidak ada karyaku. Sejak saat itu, aku mengerti bahwa tidak semua orang menyukai gaya tulisanku. Lalu, siapa yang menyukai karyaku, selain diriku sendiri?

Tujuan menulisku pun berubah. Aku tidak lagi menulis untuk kesenangan diriku. Aku tidak lagi menulis berdasarkan prinsip-prinsip yang selama ini aku pegang. Aku tidak lagi menulis sesuatu yang memang diriku dan aku nyaman berkutat di dalamnya. Tidak lagi. Aku mulai menulis untuk mendapatkan cinta dari pembacaku. Bagiku saat itu, apa gunanya sebuah karya tulis tanpa pembacanya? Tanpa ada yang menikmatinya. Tanpa ada yang mengerti jalan pikirku ketika memikirkan alur ceritanya akan seperti apa. Tanpa ada seorang pun yang akan mengagumi tokoh ciptaanku.

Ya, selama ini aku memang senang, senang sendiri. Maka, tidak lagi. Sebab aku juga ingin punya pembaca. Jika mereka tidak bisa mengerti aku, maka aku hanya perlu menulis cerita yang mereka suka. Aku pikir begitu. Namun, aku salah. Ceritaku kurang menyenangkan pasar kala itu. Aku yang kecewa dengan diriku sendiri pun mulai melakukan aksi besar-besaran. Semua cerita yang pernah aku publikasikan di Wattpad, aku tarik kembali. Sebab ternyata ... sampai akhir pun, aku belum punya pembaca yang menetap dan terus menanti kelanjutan ceritaku.

Kecewa dan merasa tidak memiliki bakat menulis yang baik membuatku mengurung diri. Sehingga aku pun hiatus dari dunia kepenulisan tiga tahun lamanya. Selama itu juga aku tidak berusaha mencari cara agar tulisanku tenar dan dikenal banyak orang. Sudah cukup bagiku saat itu untuk berusaha sekeras mungkin.

Namun, pada tahun 2021 aku mendapatkan kabar baik. Tulisan bertema surat yang aku kirimkan secara asal untuk mengikuti lomba ternyata menjadi salah satu pilihan juri saat itu. Dari 500 lebih peserta, karyaku berhasil mendapatkan predikat 10 besar, lebih tepatnya karya urutan ke-9 yang terpilih untuk diterbitkan. Meski bukan juara pertama, tetapi hal ini cukup membangkitkan kepercayaan diriku bahwa tulisanku tidak seburuk itu.

Saat aku mulai fokus untuk membangun kemampuanku dalam bidang menulis, sesuatu yang lain terjadi tanpa aku duga. Ya, memang tidak ada cerita hidup yang selalu mulus, tetapi lagi-lagi ada hal yang menghentikanku untuk kembali ke dunia kepenulisan.

Tahun 2021 lalu aku murid kelas dua belas SMA. Kabar buruknya, aku gagal mendapatkan jurusan dan universitas impianku dari jalur SNMPTN, SBMPTN, bahkan mandiri PTN kala itu. Tentu, aku tidak baik-baik saja. Apalagi sebagian besar teman yang aku kenal dekat berhasil diterima. Entah mengapa, saat itu aku merasa hanya aku yang gagal.

Padahal kenyataannya tentu tidak seperti itu. Namun, ketika menghadapi kegagalan cara pandang kita akan berubah menjadi lebih sempit. Rasanya seperti tidak ada orang di dunia yang lebih menderita, selain diri kita sendiri. Tidak semua orang yang ketika gagal akan langsung mendengarkan motivasi dari orang sukses yang pernah gagal. Kala itu, semua omongan mereka hanya terdengar seperti omong kosong dalam benakku. Bukannya tidak percaya, aku hanya meragukan diriku. Iya, mereka memang akhirnya berhasil, tetapi apakah aku 'pasti' akan berhasil seperti mereka juga? Sebab saat itu, aku bertaruh dengan ketidakpastian akan masa depan. Siapa juga yang tidak meragukan hal yang kepastiannya belum kita ketahui?

Satu-satunya caraku menghibur diriku sendiri adalah melalui tulisan. Aku akhirnya kembali menulis untuk diriku sendiri. Untuk menghibur diriku dari kesedihan, keresahan, dan kesendirian yang aku rasakan setelah mendapatkan kegagalan. Saat itu, tulisanku adalah penenang, motivasi, penguat, teman, dan rumah yang memberikan kehangatan. Meski tulisanku belum menjadi daya tarik untuk orang lain, setidaknya untuk diriku sendiri, tulisanku adalah teman yang paling mengerti aku. Teman yang tidak menghakimiku dengan kegagalan, teman yang hangat, teman yang selalu ada, dan teman yang menjadi rumah untuk pulang dari keseharianku yang melelahkan. Akhirnya, tulisanku menemukan tujuan yang membuatnya nyaman dan bangga.

Karyaku yang belum mendapatkan banyak cinta dari pembacanya, tidak lagi mencari cinta dari orang lain. Kini, karyaku sendiri yang akan menyediakan cinta, untuk diriku, untuk pembacaku, untuk siapa pun. Tulisanku adalah karya penuh cinta. Tulisanku akan menjadi teman yang menyenangkan. Tulisanku adalah rumah yang hangat. Aku tidak peduli lagi siapa saja orang yang akan menyukai karyaku, tetapi aku sendiri akan menerima karyaku, apa adanya.

Aku tidak ingin lagi merasa bangga hanya jika karyaku mendapatkan banyak pembaca. Aku ingin bangga bila karyaku dapat membantumu melewati masa-masa sulit, menjadi temanmu dalam setiap perjalanan pulang yang melelahkan, menjadi rumah dan tempat berteduh yang akan kamu cari di tengah hujan lebat. Kamu tidak harus selalu menanti karya baruku, tetapi aku ingin tulisanku menjadi destinasi yang menyenangkan dari perjalanan hidupmu. Apabila karyaku adalah tempat yang membuatmu cocok dan nyaman, kamu boleh kembali kapan saja. Kamu bebas membacanya berkali-kali, sampai cintamu untuk dirimu sendiri kembali penuh. Sehingga bila nanti kamu ingin mencintai karyaku, kamu akan melakukannya, dengan apa adanya.

Lalu, kenapa Belalai Semut?

Seperti yang tadi aku bilang. Aku ingin karyaku menjadi rumah, setidaknya untuk diriku sendiri dan untuk siapa saja yang memerlukannya. Maka aku perlu sebuah nama pena untuk rumah tersebut. Kali ini, aku tidak menggunakan namaku sendiri seperti sebelumnya. Aku butuh sesuatu yang mudah diingat, memiliki makna, dan terdengar unik. Aku ingin mempunyai sesuatu yang bisa aku kelola dengan baik, sebuah akun baru yang lucu.

Lalu, aku terinsipirasi dari cerita fabel antara gajah dan semut, cerita kesukaanku waktu masih kecil. Cerita tentang gajah besar yang mengejek semut kecil, tetapi akhirnya gajah kalah ketika semut menggigit belalainya. Namun, Belalai Semut punya makna yang berbeda dari cerita fabel tersebut. Belalai Semut bukan tentang perselisihan gajah dan semut.

Coba lihat gajah. Bayangkan jika ia tidak memiliki belalai, ia akan kesulitan untuk mengambil makanan. Bagi sang gajah, belalai adalah segalanya. Maka, aku ingin menjadi seperti belalai yang dapat memberikan manfaat untuk gajah. Belalai yang memang diciptakan untuk gajah. Belalai adalah sesuatu yang unik dan mudah diingat, tetapi nama penaku juga memiliki makna besar yaitu dapat menghasilkan karya yang baik dan tulisanku dapat memberikan manfaat untuk orang lain.

Coba lihat semut. Makhluk yang bekerja keras untuk mengangkut makanannya ke dalam sarang, yang selama perjalanannya, besar kemungkinan ia akan terinjak saat bertemu makhluk yang lebih besar. Namun, ia tetap keluar dari sarangnya untuk mencari makanan, melawan semua kemungkinan buruk itu. Meski badannya kecil, tetapi semut bangga sebab gigitannya bikin bentol dan gatal. Hal itu akan menjadi pertahanan dirinya. Semut selalu bertahan sekuat yang ia bisa. Makhluk yang pantang menyerah, selalu berusaha, dan bangga dengan kelebihannya ... itulah semut. Aku ingin menjadi pribadi yang seperti itu. Sehingga semut menjadi nama penaku agar aku selalu ingat untuk menjadi pribadi yang seperti itu.

Kisah itu sudah sampai hingga saat ini. Belalai Semut tercipta dan terus bertahan dengan prinsipnya. Seperti belalai, aku terus berusaha untuk menghasilkan karya yang baik dan memberi manfaat untuk orang lain. Seperti semut, aku ingin menjadi pribadi yang pantang menyerah, selalu berusaha, bertahan sekuat yang aku bisa, dan bangga dengan kelebihan yang aku punya. Bangga dengan semua karya yang berhasil aku buat. Sehingga di mana saja tulisanku ini dibaca, Belalai Semut selalu ingat untuk membawa makna yang luar biasa.

Akhir kata, di sinilah kamu berada. Membaca sejarah nama penaku. Memahami arti Belalai Semut untukku, bagaimana ia tercipta, bagaimana ia bertahan, dan bagaimana ia akhirnya bisa sampai kepadamu. Aku harap tulisanku dapat menyentuh hatimu. Aku harap makna Belalai Semut tidak hanya berarti dan berhenti untukku, tetapi juga memberikan makna baru untukmu. Aku harap Belalai Semut dapat menyebarkan kebermanfaatannya, menggugah hatimu, dan besama bersedia membangun Belalai Semut yang lebih baik. πŸ’–πŸŒΈπŸŒΊπŸŒ·

Selamat datang, semoga betah, dan jangan lupa untuk mampir lagi.
Semoga harimu selalu bahagia!

With love, Her. // ♡´・α΄—・`♡
 

Komentar

Postingan Populer